Minggu, 20 Maret 2011

Download Ilegal Merugikan Negara

Jakarta - “Sebenarnya kalau dilihat dari sisi ekonominya, [praktik penyebaran konten musik secara ilegal di internet] itu sudah membutuhkan suatu penanganan yang serius. Dalam berbagai kesempatan saya pernah bilang, tahun 2009 illegal download itu industry value-nya 4,5 trilyun rupiah. Belum lagi kerugian tax-nya. Ini yang menyebabkan industri kita tidak bisa tumbuh,” keluh Khrisnawan Pribadi, Vice President Digital Music & Content Management Telkomsel, kepada Rolling Stone usai konferensi pers 1st Anniversary LangitMusik di E’Corner Cafe Epicentrum Walk, Jakarta Selatan pada Sabtu [19/3] kemarin.

Sejak diluncurkan pada awal 2010 lalu, layanan Telkomsel Digital Music Superstore bernama LangitMusik itu telah menjadi sebuah sarana bagi masyarakat penikmat musik di Indonesia untuk memberikan apresiasi terhadap musik Indonesia.

Sebagai penyedia layanan musik digital, LangitMusik mendasarkan bisnisnya itu dengan melihat pergeseran format di industri musik dari analog ke digital, yang ternyata juga turut mengubah perilaku konsumen musik. Sehingga yang tadinya momok menakutkan bagi industri musik hanya datang dari pembajak komersial, kini para penggemar musik yang merasa ingin untuk berbagi musik kesukaan secara gratis kepada orang lain, dengan suatu cara telah menjadi musuh berbahaya bagi industri musik.

Kemudahan yang disediakan oleh situs-situs file-sharing seperti 4shared dan MediaFire membuat para konsumen musik bajakan tidak perlu bersusah payah keluar rumah untuk membeli CD album bajakan. Cukup dengan menghidupkan komputer, sambungkan koneksi internet dan buka peramban maka setiap orang bisa menemukan dan mengunduh album musik apapun yang mereka inginkan secara gratis. Tentunya ilegal.

Terkait dengan makin tingginya praktik penyediaan dan permintaan terhadap konten musik ilegal lewat ranah internet itulah maka LangitMusik memenuhi kebutuhan terhadap musik Indonesia yang orisinil, legal dan berkualitas.

“Secara business mind itu merupakan tantangan bagi pelaku usaha: Bagaimana menurunkan harga tapi dengan kualitas yang tetap terjaga. Itu akan membuat orang berpikir untuk apa sih illegal download, mendingan beli yang resminya sekalian,” ungkap Khrisnawan.

“Dalam berbagai kesempatan kita selalu mengingatkan, khususnya pelanggan kami, kita punya sarana yang bagus dengan harga yang murah, untuk apa lagi harus melakukan kegiatan illegal download?”

Sekalipun telah melakukan pendekatan persuasif kepada konsumen dengan mempertahankan harga jual tetap murah, yang dengan itu LangitMusik selama 1 tahun kiprahnya telah berhasil merengkuh 12 juta pelanggan Telkomsel, Khrisnawan juga mengaku membutuhkan kerjasama dengan Pemerintah untuk memberantas konten musik ilegal di internet, khususnya DEPKOMINFO.

“Sebenarnya kita selalu menghimbau [DEPKOMINFO] dalam berbagai kesempatan untuk melakukan langkah-langkah yang kongkrit terhadap [kegiatan] illegal download. Tapi kalau secara formal sih sebenarnya belum [meminta DEPKOMINFO untuk memblokir konten musik ilegal di internet]. Ini perlu gerakan yang sifatnya lebih massal. Yang bisa kita lakukan sebenarnya hanya memfasilitasi. Kita tidak bisa memblokir [sendiri], itu bukan tugas kita,” tutupnya.

Malam harinya ulangtahun LangitMusik itu dirayakan dengan konser yang menampilkan 20 band, seperti Ran, Pure Saturday, Endah N Rhesa, White Shoes & The Couples Company, The Trees & The Wild, Tika and the Dissidents, Drew, Themilo, Calvin Jeremy, TOR dan lain-lain.

Konser itu mengusung konsep dua panggung (indoor dan outdoor) yang cukup berjauhan, sehingga bisa beroperasi secara bersamaan tanpa saling mengganggu satu sama lain. Tercatat lebih dari 2000 orang dengan ID Card “Visitor” yang telah datang dan memasuki venue di Epicentrum Walk.

Rolling Stone yang sempat masuk ke belakang panggung untuk mewawancara beberapa di antara musisi penampil itu, menanyakan pendapat mereka perihal pembajakan musik melalui ranah internet yang semakin menggila.

“Pembajakan itu bukan fenomena lagi di masyarakat kita. Itu sudah menjadi suatu realita yang harus disiasati pakai akal. Jadi kalau sekarang kita teriak-teriak stop pembajakan, itu sama saja seperti kita ngomong sama tembok,” ujar Kartika Jahja, vokalis Tika and the Dissidents.

“Bagaimana cara kita untuk tetap hidup, anggap saja pembajakan itu sudah bagian dari penghalang yang sudah pasti kita hadapi. Jadi tinggal bagaimana kita mengakalinya,” imbuh Tika.

Sementara itu Endah Widiastuti, vokalis dan gitaris duo Endah N Rhesa, mengaku dirinya selama ini telah menjadi "polisi" di internet yang rajin mengawasi peredaran ilegal album-album milik grupnya.

“Paling bagus caranya adalah, kalau memang [album musik kami] itu masuk ke internet, saya pribadi rajin jadi polisi. Jadi saya search terus saya kirim surat ke web-basednya, minta link itu ditutup dan mereka bersedia menutup,” aku Endah.

Source: Rollingstones

0 komentar:

Posting Komentar

Kalau mau Download atau hanya membaca artikel, Tolong Komentarnya ya, untuk kemajuan Blog Ini . .
Terima Kasih

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Dwiky Satrio